Effendi Abustam
Pusat Studi Teknologi dan Pengembangan Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana peranan "aging" terhadap nilai gizi daging sapi
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Unhas dan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis sidik ragam 3 faktor dengan rancangan dasar acak lengkap : faktor 1 sistem pemeliharaan, faktor 2 jenis otot dan faktor 3 lama "aging" (2 x 3 x 5).
Hasil analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa aging berperanan dalam perbaikan nilai gizi daging sapi
Sistem pemeliharaan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) style=""> oleh jenis otot.
Melihat tingkat perubahan nilai gizi maka penerapan aging pada daging sapi
ABSTRACT
The objective of the study was to find out the role of aging on meat quality especially nutrient value from
This experiment was conducted at Laboratory of Animal Product Technology, Faculty of Animal Husbandry Hasanuddin University and at Slaughter House in
Data were analyzed by completely randomized design with 2 x 3 x 5 factorial pattern (rearing system, type of muscles, and period of aging).
This experiment was shown that aging play a role on meat quality from Bali cattle: the increasing of meat protein after 6 days aging and the fluctuation of fat during period of aging.
The protein content was very significantly (P<0.01) st="on">Bali cattle, it is recommended for 6 days aging or 3 days minimum.
Beberapa tahun terakhir ini terlihat adanya kecenderungan usaha penggemukan sapi Bali di Sulawesi Selatan dengan maksud untuk mendapatkan daging dengan kualitas yang baik.
Sampai seberapa jauh kualitas daging sapi
Untuk memenuhi kebutuhan akan daging berkualitas bagi konsumen tertentu di kota‑kota besar yang selama ini dipenuhi lewat import, maka mata rantai petik ‑ olah ‑ jual yang dapat di jabarkan menjadi potong ‑ rigor mortis ‑ "aging" (maturasi) ‑ jual, perlu diaplikasikan.
"Aging" atau pematangan daging sudah lama dikenal dengan hasil perbaikan keempukan daging. Selama proses ini, daging disimpan pada suhu rendah (1 ‑ 5o C) untuk jangka waktu beberapa hari (Pearson, 1986). Enzim endogen dalam otot seperti CAF dan cathepsin D dan B akan berperanan dalam mendegradasi protein myofibriler (Bird dkk, 1980). Dayton dkk (1976) menyatakan bahwa enzim CAF dapat mendegradasi garis Z pada struktur myofibril daging dengan cara seperti apa yang terlihat pada daging yang telah mengalami "aging", hal mana dapat dipertimbangkan sebagai perbaikan keempukan daging.
Perbaikan keempukan yang terjadi selama proses maturasi tergantung pada suhu dan lama penyimpanan. Pada suhu + 1o C, peningkatan keempukan terjadi dalam 15 hari dan khususnya pada minggu kedua (
Usaha penggemukan sapi
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sampai seberapa jauh peranan "aging" tersebut pada sapi Bali yang dipelihara oleh rakyat tanpa digemukkan dan sapi Bali yang telah digemukkan terhadap kualitas dagingnya khususnya nilai gizi.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peter‑ nakan Universitas Hasanuddin.
Penelitian ini menggunakan 14 ekor sapi
Sampel diperoleh dari tiga jenis otot : otot Longissimus dorsi, otot Semitendinosus dan otot Pectoralis profundus, masing‑masing secara berturut‑turut mewakili otot yang empuk, sedang keempukannya dan keras (Abustam, 1987). Ketiga jenis otot tersebut diseksi dari bagian‑bagian karkas, masing‑masing secara berurutan pada bagian cube roll, silverside dan brisket (Anonymous, 1979) setelah rigor mortis berakhir. Lama "aging" yang diterapkan 12 hari yang dibagi atas lima perlakuan masing‑masing 0 hari, 3 hari, 6 hari, 9 hari dan 12 hari pada suhu pendinginan ( 2oC). Pada setiap perlakuan dilaksanakan analisis proksimasi protein dan lemak berdasarkan metoda AOAC (1984).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 3 x 5 :
Faktor ke 1 : Sistem pemeliharaan sapi terdiri atas 2 level: penggemukan dan tanpa penggemukan
Faktor ke 2 : Jenis otot terdiri atas 3 level : Longissimus dorsi, Semitendinosus, dan Pectoralis profundus.
Faktor ke 3 : Lama "aging" terdiri atas 5 level : 0, 3, 6, 9, dan 12 hari.
Data diolah dengan menggunakan analisis sidik ragam pola faktorial (3 faktor) berdasarkan Steel dan Torrie (1980).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perubahan Protein Selama Aging
Tabel 1 memperlihatkan kandungan protein daging sapi
tanpa penggemukan berdasarkan lama aging.
Analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa sapi penggemukan kandungan proteinnya sangat nyata (P<0,01)>
Tabel 1. Perubahan Kandungan Protein Dari Tiga Jenis Otot Berdasarkan Lama Aging
Pada Sapi
Tingginya kandungan protein otot pada sapi penggemukan menandakan bahwa terdapat pengaruh ransum terhadap protein otot, dimana sapi penggemukan pada umumnya mendapatkan makanan penguat dengan kandungan protein yang jauh lebih baik dibandingkan dengan pakan yang dikonsumsi oleh sapi tanpa penggemukan. Akibatnya kandungan protein otot pada sapi‑sapi penggemukan akan lebih baik daripada sapi‑sapi tanpa penggemukan.
2. Perubahan Lemak Selama Aging
Kandungan lemak otot selama aging terlihat pada tabel 2.
Sistem pemeliharaan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan lemak daging, sekalipun kandungan lemak daging sapi penggemukan sedikit lebih tinggi (0,06 unit) dibandingkan dengan sapi tanpa penggemukan. Hal ini menandakan bahwa ransum penggemukan yang digunakan belum cukup untuk memberikan perlemakan yang lebih dibandingkan dengan sapi tanpa penggemukan.
Jenis otot berpengaruh sangat nyata (P<0,01) style=""> dengan sistem pemeliharaan memperlihatkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)>
Tabel 2. Kandungan Lemak Tiga Jenis Otot Selama Aging Pada Sapi
Penggemukan Dan Tanpa Penggemukan
KESIMPULAN
1. Maturasi meningkatkan kadar protein daging sapi
2. Penggemukan sapi
3. Kadar lemak daging sapi
4. Maturasi sebaiknya dilakukan selama enam hari dan minimal tiga hari berdasarkan atas tingkat perubahan nilai gizi daging.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abustam, E. 1987. Contribution A l'etude Des Caracterisations Des Viandes Bovines Par Les Proprietes Des Tissus Conjonctifs. These Docteur Ingenieur. Universite
2. Anonymous, 1979. Hand Book of Australian Meat. 3rd Ed. AMLC Press, Sydney.
3. Association of Official Analytical Chemists. 1984. Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists, 14th Ed. AOAC, Inc.
4. Bird, J.W.C., Carter J.H., Triemer, R.E., Brooks, R.M., and Spanier, A.M. 1980. Proteinases in cardiac and skeletal muscle. Fed. Proc. Fed. Am. Soc.Exp. Biol. 39, 20.
5. Creuzot, H.,
6.
7.
8.
9. Pearson, A.M. 1986. Physical and Biochemical Changes Occurring in Muscle during Storage and Preservation. In "Muscles as Food" (P.J. Bechtel, ed.). p. 103 ‑ 134, Academic Press, Inc.
10. Steel, R.G., and J.H. Torrie. 1980. Principles and Procedure of Statistics. Mc Graw Hill Book Co, Inc.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar